Apabila
kita perhatikan kemiskinan yang terjadi di Indonesia adalah bentuk kemiskinan
struktural (buatan) karena sebenarnya secara alamiah Indonesia mempunyai
potensi dan sumber daya yang cukup untuk tidak mengalami kemiskinan. Kemiskinan
struktural adalah kemiskinan akibat dari super struktur yang membuat sebagian
anggota atau kelompok masyarakat tertentu mendominasi sarana ekonomi, sosial,
politik dan budaya. Struktur ini menyebabkan tidak adanya pemerataan, tidak
berkembangnya kualitas dan daya kreasi rakyat dalam pelaksanaan pembangunan
serta terpinggirkannya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
Penggalian
tentang kemiskinan yang selama ini cenderung dilakukan pada batas angka-angka
statistik makro yang kurang mendalam serta tidak detail dalam mengungkap latar
belakang masyarakat miskin. Akibatnya tidak dapat melihat persoalan secara
komperehensif mengenai dimensi-dimensi kemiskinan, karena sesungguhnya
persoalan kemiskinan terkait dan saling mempengaruhi dengan persoalan yang
lainnya. Pada sisi lain studi tentang kemiskinan juga cenderung over akademis
yang kurang memiliki daya guna pemecahan persoalan yang sifatnya praksis
penanggulangan kemiskinan, sekaligus gagal mengungkap akar penyebab kemiskinan.
ANALISIS
:
Ada tiga
sisi yang menjadi akar penyebab dari terjadinya kemiskinan struktural yaitu :
1.
Pemahaman akan kemiskinan yang tidak tepat dan sepihak. Kemiskinan lebih dikaji
dari aspek ekonomi saja. Aspek-aspek lain yang berkaitan erat dengan persoalan
kemiskinan seperti aspek politik, kultural, serta sosial dikaji secara
terpisah. Persoalan kemiskinan dipahami tanpa mengkaji dampak dari kebijakan
publik atau pemerintah terhadap keberadaan rakyat miskin
2.
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak melibatkan masyarakat yang terkena
sasaran, baik di tingkat perencanaan maupun sampai ke tingkat pelaksanaannya.
3. Tidak
ada evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di perkotaan untuk melihat
dampak yang terjadi.
Oleh
karena itu sudah seharusnya kita mengerti apa yang menjadi masalah mendasar
dalam proses mengentaskan kemiskinan ini. Pemahaman kemiskinan saat ini
mempunyai arti yang lebih luas yang didefinisikan sebagai kemiskinan majemuk
yaitu suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan asasi atau esensial sebagai
manusia. Kebutuhan asasi tersebut meliputi kebutuhan akan subsistensi, afeksi,
keamanan, identitas, proteksi, kreasi, kebebasan, partisipasi, waktu luang.
Kemiskinan
subsistensi pada rakyat miskin kota seperti yang terjadi di Yogjakarta
(lampiran) merupakan contoh dimana rendahnya pendapatan, tak terpenuhinya
kebutuhan akan sandang, pangan, papan serta kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.
Kemiskinan perlindungan karena meluasnya budaya kekerasan atau tidak memadainya
sistem perlindungan atas hak dan kebutuhan dasar rakyat miskin kota; kemiskinan
afeksi terjadi karena adanya bentuk-bentuk penindasan, pola hubungan
eksploitatif antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam; kemiskinan
pemahaman karena kualitas pendidikan yang rendah, selain faktor kuantitas yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan; kemiskinan partisipasi karena adanya
diskriminasi dan peminggiran rakyat dari proses pengambilan keputusan;
kemiskinan identitas karena dipaksakannya nilai-nilai asing terhadap budaya lokal
yang mengakibatkan hancurnya nilai sosio kultural yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar