Teori
Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan
pembangunan negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori
dependensi mewakili “suara negara-negara pinggiran” untuk menantang hegemoni
ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju. Munculnya teori
dependensi lebih merupakan kritik terhadap arus pemikiran utama persoalan
pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi. Teori dependensi lahir karena
teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah
alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan
modernisasi membawa kemajuan bagi negara dunia ketiga telah menumbuhkan sikap
kritis beberapa ilmuan sosial untuk memberikan suatu teori pembangunan yang
baru, yang tentu saja mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teori yang
telah ada. Kritikan terhadap modernisasi yang dianggap sebagai “musang berbulu
domba” dan cenderung sebagai bentuk kolonialisme baru semakin mencuat dengan
gagalnya negara-negara Amerika Latin menjalankan modernisasinya. Frank sebagai
pelopor kemunculan teori dependensi, pada awalnya menyerang pendapat Rostow.
Frank menganggap Rostow telah mengabaikan sejarah. Sejarah mencatat bagaimana
perkembangan dunia ketiga yang tatanan ekonominya telah dihancurkan oleh negara
dunia pertama selama masa kolonial. Pemikiran Frank terus bergulir dan disambut
oleh pemikir sosial lainnya seperti Santos, Roxborough, Cardoso dan Galtung.
Teori dependensi
merupakan analisis tandingan terhadap teori modernisasi. Teori ini didasari
fakta lambatnya pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga,
khususnya di Amerika Latin. Teori dependensi memiliki saran yang radikal,
karena teori ini berada dalam paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog
dengan perkiraan Marx tentang akan adanya pemberontakan kaum buruh terhadap
kaum majikan dalam industri yang bersistem kapitalisme. Analisis Marxis
terhadap teori dependensi ini secara umum tampak hanya mengangkat analisanya
dari permasalahan tataran individual majikan-buruh ke tingkat antar negara.
Sehingga negara pusat dapat dianggap kelas majikan, dan negara dunia ketiga
sebagai buruhnya. Sebagaimana buruh, ia juga menyarankan, negara pinggiran mestinya
menuntut hubungan yang seimbang dengan negara maju yang selama ini telah
memperoleh surplus lebih banyak (konsep sosialisme). Analisis Neo-Marxis yang
digunakannya memiliki sudut pandang dari negara pinggiran.
ANALISIS
:
Dalam
perspektif Teori dependensi tentang negara miskin Santos mengamsusikan bahwa
bentuk dasar ekonomi dunia memiliki aturan-aturan perkembangannya sendiri, tipe
hubungan ekonomi yang dominan di negara pusat adalah kapitalisme sehingga
menyebabkan timbulnya usaha melakukan ekspansi keluar dan tipe hubungan ekonomi
pada negara periferi merupakan bentuk ketergantungan yang dihasilkan oleh
ekspansi kapitalisme oleh negara pusat. Santos menjelaskan bagaimana timbulnya
kapitalisme yang dapat menguasai sistem ekonomi dunia. Keterbatasan sumber daya
pada negara maju mendorong mereka untuk melakukan ekspansi besar-besaran pada
negara miskin. Pola yang dilakukan memberikan dampak negatif berupa adanya
ketergantungan yang dialami oleh negara miskin. Negara miskin akan selalu
menjadi negara yang terbelakang dalam pembangunan karena tidak dapat mandiri
serta selalu tergantung dengan negara maju. Negara maju identik menjadi negara
pusat, sedangkan negara miskin menjadi satelitnya. Konsep ini lebih dikenal
dengan istilah “pusat - periferi”. Pola hubungan antara pusat-periferi ini
dijelaskan oleh Frank bahwa kemampuan negara satelit dalam pembangunan ekonomi
terutama pembangunan industri kapitalis meningkat pada saat ikatan terhadap
negara pusat sedang melemah. Pendapat ini merupakan antitesis dari modernisasi
yang menyatakan bahwa kemajuan negara dunia ketiga hanya dapat dilakukan dengan
hubungan dan difusi dengan negara maju .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar