Minggu, 03 November 2013

KONFLIK LATEN DAN SOLUSI MENUJU INTEGRASI BANGSA YANG LEBIH BAIK


PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya serta keunggulan masyarakat yang majemuk.  Kemajemukan tersebut dapat dilihat dari beraneka ragamnya suku, ras, budaya, agama, dan bahasa. Kondisi ini adalah gambaran awal yang menjadi identitas bangsa Indonesia sebagai Negara yang multikultur.  Pluralisme di Indonesia dapat menjadi potensi yang sangat besar  untuk  membangun  kesejahteraan masyarakat Indonesia  yakni melalui solidaritas namun pada umumnya pandangan masyarakat Indonesia masih primoldial dan tidak mau terbuka terhadap dunia luar. Hal  ini yang da[at mengamcam persatuan dan  integrasi  secara utuh.  Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya disintegrasi bansa diantaranya adalah :
1.      Negara yang masih menyangkal adanya keberagaman.
Negara sebagai penaung dari masyarakat dan warga Negara seharusnya dituntut untuk  memberikan kebebasan memilih baik dalam hal agama maupun budaya . perlindungan terhadap kemajemukan suatu banggsa memang sangat diperlukan guna menciptakan satu kondisi yang dapat menghindari timbulnya konflik, gerakan – gerakan sparatis dan faktor lain yang dapat melahirkan perpecahan  dalam suatu bangsa. Akan tetapi, kondisi ideal seperti yang coba saya jelaskan di atas nampaknya masih belum dapat kita lihat secara menyuluruh dalam konteks kondisi internal bangsa Indonesia dewasa ini. Saya menyimpulkan bahwa seakan – akan Negara tidak berdaya, membiarkan bahkan seperti tidak melakukan  tindakan – tindakan yang bersifat priventiv . contohnya saya mengambil di bidang agama. Surve LSI menyatakan bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia masih memelihara sikap – sikap intoleransi  sehingga tidak dapat di sangkal jika kelangkaan beragama  dan berbudaya  di Indonesia masih menunjukan  stiuasi yang rawan dan rentan terhadap konflik .
2.      Pemahaman yang kurang terhadap dasa negara
Pancasila, merupakan dasar Negara yang seharusnya menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia untuk bertingkah laku dan membina hubungan sosial baik berbangsa dan bernegara. Pancasila menyajikan nilai – nilai ideal yang jika dipahami dan di terapkan akan bisa memperkuat hubungan solidaritas antar elemen bangsa. Sila ke tiga terutama, sila ini mengandung pengertian secara mendalam adanya satu cita- cita dan harapan untuk hidup secara rukun, damai, dan bersatu sila ini durumuskan, menurut saya, Karena beragamnya suku bangsa dan agama budaya yang ada di Indonesia. Secara teoritis, tidak sukar bagi kita untuk memahaminya namun pada tahap aplikasi tentu tidak demikian.hal ini menjadi serius untuk dibahas  bagaimana masayarakat Indonesia  tidak selalu terjebak dalam isu- isu lokal yang menyebabakan timbulnya gerakan ekskluivitas.

            Dari apa yang saya jabarkan di atas dapat dimengerti bahwa sangat banyak sekali tantangan – tantangan yang di hadapi oleh bangsa Indonesia baik itu ancaman secara laten maupun secara manifest. Ancaman – ancaman tersebut berangakat dari adanya gejala – gejala yang timbul dari dalam masyarakat yang kemudian memasuki tahap konflik berserta dampak – dampak yang ditimbulkan. Garis besarnya adalah adanya perasaan cinta kedaerahan yang berlebihan, sentiment kedaerahan yang juga berlebihan sehingga memicu terjadinya konflik.  Contohnya sikap intoleransi yang dimiliki oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain.  Seperti keengganan masyarakat muslim untuk tinggal bersama masyarakat non muslim, masyarakat muslim  tidak mau untuk berdomisili di kawasan sekitar gereja dan  begitu juga sebaliknya. Sikap intoleransi seperti ini secara laten atau tersembunyi telah menimbulkan konflik – konflik kecil anatar kelompok tersebut.
            Sedangakan ancaman yang lebih serius terdapat dari perkekmbangan konflik – konflik kecil menuju konflik yang lebih besar. Hal ini menjadi gejala yang tidak bisa kita biarkan begitu saja demi menuju masayarakat yang lebih baik. Contohnya. Perang antar agama, tragedy cikeusik di banten yang di plopori oleh ormas islam yaitu FPI (from pembela islam). Tragedi ini menjadi pembelajaran bagi masarakt Indonesia terutama dalam hal kebebasan memilih agama dan bersikap. Kita mengenal istilah “ HAM” sebagai suatu kebebasan otonom individu untuk dapat menentukan sikap yang baik dan buruk. Artinya manusia dalam bersikap adlah murni dari apa yang dia fikirkan dan inginkan tanpa adanya intervensi dalam bentuk apapun dan oleh siapapun termasuk Negara. Tragedi ini juga membuktikan bahwa pemerintah kita atau peran Negara yang masih kurang tegas untuk menagani gejala laten seperti di atas. Solusi yang coba saya tawarkan adlah dengan meningkatkan kesadaran  yang saling tolransi bawasanya agar tidak terjadi gejala atau konflik dalam suatu kelompok maka setiap individu harus bisa mengendalikan diri  ini merupakan solusi dasar bagi kita untuk dapat menghormati, mengharagai dan bersikap toleransi terhadap orang atau kelompok lain.
ANALISIS :
Dari kalimat diatas itu adalah salah satu bentuk konflik laten yang terjadi di masyrakat Kalimantan barat. Seperti analisa saya sebelumnya konflik laten memang lebih diarahkan kepada adanya isu- isu yang bersifat lokal sebagai akibat dari sikap primordial kedaerahan yang berlebihan. Ini timbul dari faktor mentalitas bangsa kita yang masih kental dengan pola  berfikir yang konservatif. Tentunya pola ikir seperti ini jika dipertahankan dan tidak segera dirubah maka masaarakat kita masih cendurung untuk menutup diri terhaap dunia luar yang notabenya merupakan satu kunci untuk menuju perubahan itu sendiri. Rasonalitas kita terancam terkungkung dalam satu area kebodohan yang lamabat laun akan semakin tidak berdampak positif. Karena asusmsi dasarnya adalah kita sebagai makhluk sosial, masyarakat pasti membutuhkan masyarakat yang lain guna menciptakan hubungan dependensi  simbiosis mutualisme. Ini juga tidak terlepas dari kodrat sebagai mahluk yang selalu ingin berkumpul dengan manusia lain. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh seorang tokoh politik yaitu Aristhoteles bahwa pada dasarnya manusia adalah mahluk zo’on politicon.
Timbulnya konflik dalam masyarakat juga pernah diprediksi oleh tokoh bernama Thomas hobbes yang menyatakan bahwa manusia itu adalah mahluk yang jahat, ingin menguasai orang lain, ingin melukai orang lain dan meninidas orang lain. Analoginya adalah manusia seperti seerigala yang ingin memangsa targetnya. Analogi tersebut memiliki relevansi yang kuat dengan kasus – kasus konflik yang terjadi dimana satu suku ingin menguasai suku yang lain seperti contoh kasus yang saya berikan di atas.
SOLUSI
Kemajemukan bangsa yang semestinya merupakan identitas dan karakter dari kekayaan bangsa Indonesia memang sangat unik dan bernilai sangat baik karena tidak semua Negara memiliki kekeayaan uang bermacam budaya namun dari kekeayaan itu Indonesia tidak mamapu mengatasi beberapa konflik yang terjadi hingga pemerintah sulit untuk bertindak cepat untuk menyelsaikan konflik. Maka dari itu saya mencoba menganalisa dan mengkaji maslah yang saya contohkan seperti konflik diatas. Pertama saya lebih memeberikan fokus perhatian kepada adanya penguatan peran Negara. Ini adalah solusi yang paling tepat bagi pihak pemerintah namun itu semua tidak akan berjalan afektif jika tidak di bantu dengan kesadaran dari masyarakat secara menyeluruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar