Etnografi,
Kebudayaan dan Masyarakat
Secara
umum etnografi disebut sebagai ‘menuliskan tentang kelompok masyarakat’. Secara
khusus hal tersebut juga berarti menuliskan tentang kebudayaan sebuah kelompok
masyarakat. Disebutkan bahwa seluruh manusia, dan juga beberapa binatang
(seperti simpanse, orangutan, gorila) menciptakan, mentransmisikan, membagi,
merubah, menolak, dan menciptakan kembali budaya di dalam sebuah kelompok.
Semua peneliti etnografi memulai, dan mengakhiri penelitiannya dengan berfokus
pada pola-pola ini, dan sifat-sifat yang ‘dipersamakan’ atau ‘disepakati’
bersama, membentuk sebuah kebudayaan masyarakat. Dokumen yang dihasilkan dari
fokus tersebut disebut dengan etnografi.
Kebudayaan
bukan sebuah sifat individual. Meskipun demikian seorang individu bisa disebut
sebagai menciptakan pola-pola budaya dengan menemukannya dan
mengkomunikasikannya dengan yang lainnya. Bentuk atau unsur budaya ada hanya
ketika hal tersebut dibagi (shared) – dengan orang lain di dalam kelompok.
Kebudayaan terdiri dari pola-pola perilaku dan kepercayaan kelompok yang
berlangsung secara terus menerus. Karenanya, sebuah kelompok (bahkan kelompok
kecil sekali pun) harus mengadopsi perilaku atau kepercayaan dan
mempraktekkannya secara terus menerus jika hal tersebut akan didefinisikan
sebagai sifat budaya daripada sebagai pribadi atau individual.
Kebudayaan
juga bisa diperlakukan sebagai sebuah fenomena mental, sebagai segala sesuatu
yang ada dalam pengetahuan, kepercayaan, yang dipikirkan, dipahami, dirasakan,
atau maksud mengapa orang melakukan sesuatu. Kebudayaan bisa diperlakukan
secara perilaku dalam kerangka apa yang orang lakukan sebagaimana yang
teramati, sebagaimana yang dikatakan (yang dilaporkan), atau sebagai ‘norma’ (yang
diharapkan) melawan ‘praktis’ (yang aktual). Pola-pola tersebut dikenal
sebagai: pola-pola dari perilaku (patterns of behaviour), dan pola-pola bagi
perilaku (patterns for behaviour). Pola-pola dari perilaku merepresentasikan
variasi-variasi perilaku atau pilihan-pilihan di dalam kelompok. Pola-pola bagi
perilaku merepresentasikan ekspektasi budaya terhadap perilaku – apa yang
diharapkan secara budaya dari perilaku seseorang.
ANALISIS
:
Meskipun
kebudayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang dibagi (di antara orang-orang
dalam sebuah kelompok masyarakat), kita tidak bisa menyatakan bahwa setiap
orang dalam di dalam kelompok sosial atau budaya mempercayai hal yang sama,
atau berperilaku dengan cara yang sama. Di dalam setiap kelompok dan segala
ranah kebudayaan yang bisa kita bayangkan, variasi substansial akan muncul.
Sebagai contoh, sikap, kepercayaan dan perilaku masyarakat akan bervariasi
tergagantung pada etnis, identitas rasial, gender, identitas gender, status dan
kelas sosial, tingkat pendidikan, umur, tempat tinggal, dan faktor lain yang
relevan di dalam permasalahan sosial dan politik kehidupan. Peristiwa-peristiwa
bersejarah yang unik, lingkungan, ruang, dan tempat juga bisa mempengaruhi
variasi perilaku atau kepercayaan individual sebagai bagian dari sebuah
kelompok. Variasi tersebut menjadi pertimbangan kritis di dalam penelitian
etnografi dalam kerangkan menghindari stereotip , dan jaminan untuk
mendengarkan semua pendapat di dalam setting – tidak hanya mendengarkan suara
dari satu orang saja.
Bicara
etnografi tidak bisa dilepaskan dari permasalahan definisi kebudayaan, di mana
dari proses berbagi (share) di dalamnya terbentuk suatu kelompok orang-orang,
lembaga atau masyarakat. Penelitian etnografi tidak bisa dilepaskan dari
permasalahan kebudayaan masyarakat di dalam setting tertentu. Etnografi itu
sendiri juga menjadi sebuah cara untuk memperbicangkan teori-teori kebudayaan
melalui fenomena yang diteliti di lapangan. Etnografi membangun teori
kebudayaan – atau penjelasan tentang bagaimana orang berpikir, percaya, dan
berperilaku – yang disituasikan dalam ruang dan waktu setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar