Bila
kita telusuri lebih teliti bahwa kesimpulan yang ditemukan akan lebih memandang
bahwa perspektif pembangunan pemerintah selama ini tentang kemiskinan, sebagai
realitas yang selalu dilihat dari sudut ekonomi, dimana batasan kemiskinan
adalah suatu kondisi di mana orang tidak memiliki harta benda atau mempunyai
pendapatan di bawah batasan nominal tertentu. Kemiskinan selalu dilihat bahwa
persoalan individu manusia itu kenapa miskin atau persoalan yang ada dalam manusia
itu sendiri. Tingkat kemiskinan ini dinilai atau ditentukan berdasarkan
ukuran-ukuran materi yang sudah didefinisikan sebelumnya, seperti: kondisi
fisik dari bangunan atau lingkungan permukiman. Pengertian kemiskinan yang
ekonomistik ini akan melahirkan bentuk-bentuk kebijakan penanggulangan
kemiskinan dalam bantuan ekonomi saja. Kebijakan pengentasan kemiskinan dari
pemerintah melalui program yang ada seperti : program recovery, hanya menjadi
program penyaluran dana bantuan saja tanpa mencoba memahami kemiskinan yang
menjadi penyebabnya. Kebijakan itu cenderung semakin memiskinkan masyarakat,
karena menimbulkan ketergantungan ekonomi, tanpa memberikan solusi untuk lepas
dari lingkaran kemiskinan. Perspektif inilah dalam teori pembangunan cenderung
mengarah pada perspektif Modernisme
Akibatnya
Kebijakan pemerintah yang berkait dengan penanggulangan kemiskinan selama ini
tidak memenuhi target dan sasaran; bahkan cenderung memunculkan kemiskinan yang
baru sebagaimana dalam artikel (lampiran). Hal ini didasarkan bahwa pemerintah
selalu menggunakan prinsip trickle down effect yang melihat bahwa proses
pelipatan modal atau keuntungan akan terdistribusi kepada kelompok-kelompok di
bawahnya. Seperti program dengan setiap masyarakat dibentuk kelompok, diberi modal,
motivasi berwirausaha, kapasitas manajerialnya ditingkatkan, aktivitasnya
didampingi, serta dikontrol kinerjanya, namun ini menjadi kontradiktif
pemerintah giat membantu permodalan UKM, tapi di sisi lain, kebijakan menaikkan
BBM juga mencekik UKM. Belum lagi, pada saat bersamaan, pemerintah mengizinkan
membludaknya retail industry seperti mal, hypermart, dan warung kelontong
franchise masuk sampai pelosok akibatnya sulit bisa bersaing melawan
supermarket. Ada juga kebijakan program lebih merupakan pendekatan ekonomi
dengan dasar belas kasihan. Seperti BLT ataupun raskin dinilai banyak kalangan
tidak menyelesaikan persoalan kemiskinan. “Dampaknya seperti orang dikasih ikan
yang langsung habis. Kalau kita memberi kail dan umpan, mereka bisa mencari ikan
sendiri “.
Selain
itu juga ada kebijakan pemerintah untuk program pengentasan kemiskinan banyak
menggunakan dana recovery yang merupakan dana pinjaman atau hutang dari luar
negeri. Seperti program pengentasan neoliberal yang bersifat “penyesuaian”
(adjustment), bertujuan menyiapkan orang miskin agar mampu bersaing di pasar
bebas. Bahkan diantara program tersebut merupakan program-program structural
adjustment atau kepentingan dari negara-negara maju yang didesakkan oleh
lembaga donor macam World Bank dan IMF, semisal Program Jaringan Pengaman
Sosial (JPS), P2KP dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), merupakan contoh
model replikasi kebijakan liberal dalam menangani kemiskinan. Program tersebut
banyak memunculkan permasalahan; karena tidak tepat ke sasaran dan pelaksanaan
program yang tidak jelas. Program ini tidak hanya menimbulkan pemiskinan secara
ekonomi, namun dalam konteks yang lebih luas meliputi sosial, budaya dan
politik. Rakyat miskin menjadi sangat tergantung pada bantuan orang lain atau
luar negeri dan tidak inisiatif untuk bangkit dari kemiskinan dengan kemampuan
sendiri. Beban utang dari dana pinjaman menjadi terbebankan ke rakyat miskin
ANALISIS
:
Perspektif
demikian yang oleh Teoritisi dependensi dikatakan bahwa bantuan negara maju
dengan melakukan replikasi pembangunan pada negara berkembang terutama
replikasi program penanggulangan kemiskinan dengan disertai bantuan atau hutang
lunak justru akan menyebabkan ketergantungan pada negara berkembang atau dunia
ketiga dan ini justru yang menjadikan penyebab kemiskinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar