Membahas
masalah kemiskinan tidak lengkap rasanya jika tidak mendefinisikan dan
menganalisa sebenarnya apa yang menjadi standar seseorang dikatakan miskin itu?
Untuk membahas pertanyaan dasar tersebut ada baiknya, jika kita meminjam
berbagai pendapat beberapa tokoh dalam menganalisa masalah kemiskinan secara
struktural ini. Kata-kata kemiskinan memang sudah tidak asing lagi didengar,
namun jawaban tentang apa itu makna kemiskinan masih bermacam-macam dan simpang
siur.
Meminjam
istilah Ghose dan Keffin dalam Andre Bayo (1996), mengatakan bahwa kemiskinan
di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara berarti kelaparan, kekurangan
gizi, ditambah pakaian dan perumahan yang tidak memadai, tingkat pendidikan
yang rendah, tidak ada sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang elementer, dan lain-lain. Memang sepakat dengan analisa Ghose
dan Keffin bahwa dalam mengidentifikasikan kemiskinan itu tidak hanya
ditekankan pada aspek ekonomi saja, terbukti dalam memberikan standar orang
dikatakan miskin mereka menggunakan aspek-apek lain seperti kesehatan,
pemenuhan gizi, dan pendidikan. Aspek-aspek non-material tersebut bukan dari si
miskin yang kurang respek untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) namun
karena kurangnya kesempatan seperti yang dikatakan oleh Ghose dan Keffin.
Lebih
lanjut untuk lebih memperjelas dan memberikan kemantapan dalam menganalisa
kemiskinan struktural Friedmann dalam Andre Bayo (1996), kemiskinan
didefinisikan sebagai ketidakadilan kesempatan untuk mengakumulasikan basis
kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi (tidak terbatas pada): modal
yang produktif atau asset misalnya tanah, perumahan, peralatan, kesehatan;
sumber-sumber keuangan; organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan
untuk mencapai kepentingan bersama; network atau jaringan sosial untuk
memperoleh pekerjaan, dan lain-lain. Kesempatan-kesempatan tersebut seolah
tertutupi dengan adanya gap antara si miskin dan si kaya, dari orang kaya dapat
dengan mudah mendapatkan semuanya itu. Kemiskinan structural ini dimana sumber
daya ekonomi, politik, teknologi dan informasi hanya dikuasai oleh sebagian
kecil orang saja. Namun bagaiman dengan si miskin mereka semakin terpinggirkan
akibat pola sistem ekonomi yang berlaku dalam negara Indonesia.
Analisis
:
Menurut
saya kemiskinan itu tidak hanya ditekankan pada aspek ekonomi saja, namun
hak-hak dasar lain seperti kesempatan dalam memperoleh pendidikan dan kesehatan
juga perlu untuk diperhatikan dalam mengidentifikasi kemiskinan. Masalah kemiskinan
ada karena sistem yang salah untuk diterapkan di Indonesia, justru dengan
adanya lembaga-lembaga keuangan internasional dengan mekanisme bantuannya
semakin menambah penderitaan rakyat miskin. Ditambah lagi dengan adanya
mekanisme pasar yang secara diam-diam merasuki ideology bangsa Indonesia ini,
menjadikan semua barang-barang publik menjadi komoditas, sehingga tidak semua
masyarakat dapat mengaksesnya dalam artian tidak ada kesempatan si miskin untuk
memperoleh pelayanan yang prima sama seperti si kaya. Penulis juga menekankan
solusi yang diterapkan butuh peran pemerintah dalam menerapkan dan menata
kembali sistem yang ada, penulis merekomendasikan untuk menerapkan koperasi
sebagai sistem ekonomi dalam rangka menguatkan distribusi hasil produksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar