Kamis, 09 Januari 2014

KENAIKAN HARGA TEMPE DAN TAHU TERHADAP NAIKNNYA HARGA KEDELAI KABUPATEN.BANYUWANGI


ANALISIS KENAIKAN HARGA TEMPE DAN TAHU TERHADAP NAIKNNYA HARGA KEDELAI KABUPATEN.BANYUWANGI Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelahpadi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya.Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai,tauco,snack, dan sebagainya Konsumsi per kapita pada tahun 1998sebesar 8,13 kg meningkat menjadi 8,97 kg pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kedelai cenderung meningkat. Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1,31 juta ton.Hanya sekitar 35% dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Dalam beberapa bulan terakhir ini terjadi permasalahan dengan naiknya harga kedelai. Seperti kita tahu bahwa Kedelai merupakan salah satu tanaman sumber protein tinggi dan murah harganya, maka dari itu banyak manusia yang mengkonsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Tahu dan Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai. Dengan terjadinya kenaikan harga kedelai tersebut membuat para pengusaha industri kecil tempe dan tahu di Indonesia bahkan bangkrut dan gulung tikar. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui struktur biaya, pendapatan dan efisiensi industri kecil sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku kedelai dan mengetahui hambatan dan solusi para pengusaha industri kecil setelah terjadi kenaikan harga bahan baku kedelai. Kenaikan harga kedelai yang tergolong tidak wajar hingga menembus angka Rp 9.300 per kilogram, memaksa perajin tahu di wilayah Kabupaten Banyuwangi melakukan aksi mogok produksi, Jumat (30/8/2013). Aksi mogok produksi direncanakan selama tiga hari diharapkan pemerintah lebih memberi perhatian, dan segera memberikan solusi kepada para perajin, agar harga kedelai kembali normal. ada sekitar 50 perajin tahu di wilayah Kabupaten Banyuwangi dengan kebutuhan kedelai 25 ton per hari. Setiap perajin membutuhkan minimal satu ton per hari. Masyarakat dan khususnya pengusaha tahu berharap ada realisasi kebijakan Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2013 tentang penugasan kepada Bulog untuk Pengamanan harga dan Penyaluran Kedelai serta Permendag Nomor 26/M-DAG/PER/5/2013 yang menyatakan harga beli kedelai kepada petani dipatok Rp 7.000 dan harga kepada perajin sebesar Rp 7.450. Sejumlah pengusaha di antaranya terpaksa alih profesi menjadi pembuat batu bata, menjual sayur, sampai menjadi tukang ojek. Mereka tak mampu lagi menyiasati kenaikan harga bahan baku kedelai yang melonjak tajam membuat Sebagian pengusaha lain masih berupaya menjalankan usahanya dengan memperkecil ukuran tahu tempe, atau mencampur dengan bahan lain agar lebih irit. Namun, mereka pun harus memangkas produksi dan merumahkan sebagian karyawan sebagai langkah efisiensi. Kenaikan harga kedelai ini sangat berpengaruh kepada hasil produksi tahu dan tempe, agar pengusaha tetap bisa berproduksi maka mereka berinisiatif dengan membuat ukuran menjadi lebih kecil. Di Pasar Banyuwangi, harga tempe rata-rata naik Rp 2.000 per potong. Sebelumnya harga tempe Rp 4.000 kini menjadi Rp 6.000 per potongnya. Sedangkan harga tahu, yang semula Rp 200 per potong kini naik menjadi Rp 300 per potong. Menurut Bupati Annas, jumlah produksi kedelai dalam semester I 2012 sebesar 12.447,62 ton. Sementara kebutuhan konsumsi hingga Juni sebesar 8.192,75 ton. Konsumsi kedelai setiap bulannya mencapai 1.066,69 ton. Sehingga masih mencatatkan surplus kedelai. "Stok kedelai kita aman dan mencukupi kebutuhan pengusaha. melambungnya harga kacang kedelai disebabkan oleh keteledoran pihak pemerintah tidak hanya dari faktor eksternal dengan merosotnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat . Memang salah satu faktor melambungnya harga kedelai, disebabkan karena menguatnya Dolar terhadap Rupiah. Namun penyebab utamanya adalah peraturan pemerintah yang tidak sesuai dalam menerapkan pasokan kedelai dalam negeri,sehingga jalan keluar untuk melengkapi konsumsi kedelai dalam negeri sekitar 2,5 juta ton per tahun harus dengan impor. pemerintah malah menerapkan kebijakan untuk membatasi impor dengan maksud untuk swasembada kedelai. Sehingga yang terjadi pasokan tidak memenuhi karena produksi nasional cuma 700-800 ton per tahun. Karena pembatasan tersebut, impor kedelai menjadi tersendat sehingga harga kedelai melambung. Tetapi ini bukan kali pertamanya harga kacang kedelai mengalami kenaikan. sebelum Rupiah melemahpun, kedelai pun sudah pernah naik, Pihak pemerintah selain tidak dapat menerapkan peraturan yang tepat mengenai polemik tentang kedelai,dirinya menambahkan, kekhilafan pemerintah lainnya ialah tidak mampu mengembangkan produksi kedelai dalam negeri sesuai dengan program pemerintah yaitu swasembada pangan .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar