Kenaikan
harga BBM merupakan momok bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat
miskin. Namun jika tidak dinaikkan akan
berdampak pada perekonomian Bangsa Indonesia yang semakin tahun semakin kritis.
kami setuju dengan kenaikan harga BBM. Berikut ini beberapa alasan kami setuju
jika harga BBM dinaikkan, meliputi :
a. Subsisdi tidak tepat sasaran.
BBM
bersubsidi akan memperburuk distribusi pendapatan, karena kelas menengah ke
atas ikut menikmati subsidi tersebut. Menurut data yang diperoleh, 10% BBM
bersubsidi dinikmati oleh warga kelas menengah keatas. Jika kita menolak
kenaikan harga BBM maka kita secara tidak langsung mendukung para
penyelundup-penyelundup seperti warga mampu tersebut untuk menikmati subsidi
BBM.
b. Kondisi APBN dan fiskal Indonesia saat
ini tidak sehat, akibat besarnya subsidi BBM. Jika tidak segera dilakukan
perbaikan, kondisi tersebut bisa makin buruk. Salah satu akibat yang mungkin
adalah deficit anggaran mencapai lebih dari tiga persen. Dengan deficit yang
besar, maka ketahanan ekonomi kita juga akan terganggu. Selain itu, isu
kelebihan konsumsi BBM akan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
fiskal sehingga upaya menjaga defisit anggaran sesuai UU tersebut dapat ikut
mempertahankan stabilitas ekonomi
c. Pembangunan infrastruktur juga makin
terbatas.
Anggaran
APBN banyak dialokasikan untuk subsidi BBM, hal ini menyebabkan pembangunan
infrastruktur juga semakin terbatas karena sedikitnya anggaran APBN. Oleh
karena itu, mengurangi subsidi BBM sekarang ini memang diperlukan demi
pembangunan infrastruktur. Menurut Jusuf Kalla, “tugas pemerintah bukan untuk
menyubsidi BBM saja. Pemerintah kan harus membangun jalan, rumah sakit,
sekolah, pertanian, dan lainnya. Itu kan membutuhkan dana besar. Untuk itu,
sebelum menaikkan harga BBM, pemerintah perlu menjelaskan ke mana subsidi itu
dialihkan. Agar msayarakat memahami bahwa dana subsidi yang dikurangi itu untuk
pembangunan yang nantinya dinikmati rakyat di kota maupun pelosok desa”ujarnya.
d. Pertumbuban ekonomi Indonesia juga mulai
melambat pada Triwulan I-2013
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia juga mulai melambat pada Triwulan I-2013 dengan pertumbuhan
sebesar 6,02 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibanding tahun lalu
sebesar 6,29 persen (year-on-year). Uang negara yang harus habis dibelanjakan
tapi tidak dibelanjakan dalam bentuk Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SiLPA)
daerah, juga mencapai Rp.100 triliun tahun lalu atau setara 1 persen terhadap
PDB dan Pusat sebesar Rp.30 triliun. Indikator tersebut, hanyalah instrumen
bagi Pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tepat menyelamatkan ekonomi
Indonesia ditengah keinginan Pemerintah menaikan harga BBM.
e. BBM bersubsidi memicu defisit neraca
perdagangan Indonesia, sehingga menghambat laju pertumbuhan ekinomi.
Hal
tersebut disebabkan karena volume konsumsi BBM bersubsidi akan semakin
meningkat tajam, menyebabkan impor BBM yang cukup besar, sehingga terjadi
defisit transaksi berjalan. Sampai akhir
Oktober 2012 saja terjadi defisit besar-besaran sebesar 1,55 miliar dollar
AS.
f. Dampak kenaikan harga BBM tersebut
terhadap inflasi.
Menurut Wikipedia dalam ilmu ekonomi,
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan
kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Terkait dengan kenaikan harga BBM, Menteri Perekonomian (Menko) Hatta
Rajasa mengunggkapkan bahwa inflasi ini yang betul-betul kita jaga, terutama
inflasi pangan. Oleh karena itu, kenaikan harga BBM baru akan dilakukan setelah
pemerintah selesai menyiapkan program kompensasi bagi masyarakat miskin.
Misalnya, bantuan langsung tunai (BLT), beasiswa tunai, serta beras untuk
masyarakat miskin (raskin).
Analisis
:
Menurut data yang diperoleh, situasi
terkini di Jepang, nilai tukar Yen terhadap dolar Amerika juga tertekan. Nilai
tukar Rupiah juga ikut tiarap. Menteri Keuangan (Menkeu) M. Chatib Basri
mengemukan, “Saya percaya, kalau nanti harga BBM naik, komsumsi migas akan
menurun dan neraca perdagangan akan improve. Kalau improve, rupiah akan
menguat,” ujar Menkeu. Pada perdagangan Selasa (12/6) kemarin, nilai tukar
rupiah ditutup pada posisi Rp 9.830 per dollar AS. Sementara Indeks Saham Gabungan
(IHSG) ditutup turun 167,42 poin (3,50 persen) ke level 4.609,95.
Dari beberapa alasan dapat diambil
kesimpulan bahwa kenaikan BBM merupakan opsi terakhir pemerintah untuk
menyelamatkan perekonomian Bangsa Indonesia. Dengan kenaikan harga BBM, akan
ada sejumlah manfaat yang bisa diperoleh. Diantaranya, APBN dan fiscal menjadi
lebih sehat, ketahanan ekonomi terjaga. Selain itu, anggaran untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan membangun infrastruktur juga menjadi lebih besar.
Ekonomi menjadi lebih aman,subsidi juga lebih adil dan tepat sasaran.
(www.jambiekspres.co.id)
Tidak ada jalan lain kecuali menaikkan
harga BBM subsidi, atau menunda pada penumpukan permasalahan yang semakin
parah. Kalau harga BBM disesuaikan,
akan berdampak pada berkurangnya impor sehingga neraca perdagangan semakin
baik. Pada 2013 harga BBM memang perlu
dinaikkan untuk mengurangi subsidi energi, dan mengurangi beban APBN, skenarionya
adalah dengan menaikkan bertahap dalam kelipatan Rp500,00. Pertama
Rp500, berikutnya Rp500, dan Rp500 untuk kenaikan dari Rp4.500 menjadi Rp6.000
per liter. Kenaikan Rp1.500 sampai Rp2.000 tidaklah terlalu membebani
rakyat. Strateginya adalah, menaikkan
harga ketika inflasi turun, sehingga tidak terbebani. Namun, untuk meredam inflasi
dan hal-hal yang tidak diinginkan ketika harga BBM dinaikkan, perlu ada
skenario yang lebih baik dan tidak mengguncang stabilitas non ekonomi. Timing menjadi sangat penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar